Jumat, 30 September 2011

BENARKAH KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN KITA LUNTUR?


BENARKAH KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN KITA LUNTUR?

OLEH SIDI NARBUKO,S.PD
GURU SMP NEGERI 1 KANGKUNG

                Ujian Nasional adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh sekolah setiap tahunnya. Terlepas dari kata kontroversi, pelaksanaan UN tetap berjalan juga. Dengan berbagai cara, upaya perbaikan pelaksanaan UN terus dilakukan. Semua berujung demi peningkatan mutu dunia pendidikan kita. Walaupun kegiatan ini rutin dilakukan , tetapi masih tetap saja menjadi berita menarik bagi sebagian media masa. Hal itu dikarenakan pelaksanaan UN berhubungan dengan hajat hidup orang banyak.
Berbagai persiapan maksimal telah dilakukan oleh masing-masing sekolah sebagai penyelenggara. Bak tentara disiap-siagakan untuk menghadapi perang serta kemungkinan terburuk dimedan laga. Siswa telah digembleng dengan berbagai upaya guna menunjukan hasil yang terbaik bagi dirinya, keluarga serta tak kalah penting terhadap almamaternya. Usaha dilakukan dari upaya konsep, praktis maupun spiritual. Seminar-seminar, bedah SKL, tip-tip menghadapi UN juga ramai dilakukan.
                Pada jenjang kelas akhir ini anak terbiasa dengan istilah karantina, pemadatan, les-les tambahan dan semacamnya. Perjalanan pembelajaran selama tiga tahun dirasa kurang untuk menghadapi ujian nasional . Padahal UN sendiri hanya memerlukan waktu tiga sampai lima hari sesuai dengan jenjang pendidkannya. Bayangan takut akan kegagalan begitu terasa, tidak hanya oleh siswa beserta keluarganya tetapi guru mata pelajaran termasuk tampuk pimpinan yaitu kepala sekolah.
                Untuk mendapatkan hasil yang maksimal seluruh stakeholders’ saling koordinasi merapatkan barisan dan mendukung agar tidak ada kata kegagalan. Kegagalan ini tidak saja berpengaruh keberlanjutan studi anak melainkan merambat ke guru, kepala sekolah dan instransi-instansi diatasnya.  Analisis sederhana adalah jika siswa gagal maka perlu dipertanyakan kemampuan guru. Guru yang tidak mampu juga akan dipertanyakan keprofesionalanya dari kepala sekolah. Begitu juga kepala sekolah yang nilai prestasi kelulusan rendah akan dipertannyakan tingkat manajerialannya dari dinas diatasnya. Begitu seterusnya runtutan itu akan saling berkaitan.
                Sesungguhnya jika hirarki ini dilaksanakan sesui dengan konsep dengan tujuan pendidikan itu sendiri maka tidak ada lagi peristiwa manipulasi data, kebocoran soal, intrik-intrik busuk serta mosi tidak percaya terhadap penyelenggaraan UN. Tidak ada lagi pertentangan pelaksanaan UN atau Ujian mandiri, tidak adalagi demo-demo serta kecemasan yang berlebihan dari siswa jika system itu tumbuh dan berkembang secara sehat.
                Jika kondisi itu sebaliknya maka yang terjadi adalah seperti kondisi sekarang ini. Dunia pendidikan kita seakan tidak dapat dipercaya. Pelaksanaan ujian nasional seharusnya tidak perlu kepengawasan silang kalau pemerintah mempercayai sistem. Mengapa harus menggunakan kepengawasan silang kalau masing-masing guru berfungsi sebagaimana mestinya yaitu tugas pengawasan. Apakah gurunya sendiri tidak dapat berfungsi sebagai pengawas yang baik? Pengawas jujur dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Bukankah tugas kepengawasan dalam evaluasi belajar sudah menjadi  rangkaian kegiatan pendidikan? Lalu untuk apa harus didatangkan pengawas independen? Apakah masyarakat juga tidak percaya dari interen sendiri? Yang lebih menyedihkan adalah adanya polisi dalam pengaman soal?
                Yang menjadi pertanyaan sudah begitu parahkah mosi tidak percaya masyarakat kita terhadap dunia pendidikan kita? Sehingga dengan program yang semulia itu harus dibayar dengan mahal. Lalu untuk apa pendidikan karakter yang didengung-dengungkan kalau guru berlaku tidak jujur. Seharusnya tidak demikian kalau semua itu dapat berjalan sesuai dengan tujuan dasar pendidikan. Dimulailah dari pemerintah dimana kepercayaan itu harus diberikan seluas-luasnya kepada dunia pendidikan tanpa disangkut pautkan dengan kepentingan-kepentingan. Penerapan system pendidikan yang berbasis fakta dan realita serta pengawasan mutu secara kontiyu. Dengan mengedepankan kejujuran, membangun rasa hormat maka upaya perbaikan mutu pendidikan yang rendah akan segera nyata. Selamat menempuh UN semoga sukses.

1 komentar:

  1. Sudah saatnya pendidikan di Indonesia itu sampai tahap pencerahan. Penilaian jangan hanya saat ujian tok, melainkan secara menyeluruh

    BalasHapus