BENARKAH
KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN KITA LUNTUR?
OLEH
SIDI NARBUKO,S.PD
GURU
SMP NEGERI 1 KANGKUNG
Ujian
Nasional adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh sekolah setiap tahunnya.
Terlepas dari kata kontroversi, pelaksanaan UN tetap berjalan juga. Dengan berbagai
cara, upaya perbaikan pelaksanaan UN terus dilakukan. Semua berujung demi
peningkatan mutu dunia pendidikan kita. Walaupun kegiatan ini rutin dilakukan ,
tetapi masih tetap saja menjadi berita menarik bagi sebagian media masa. Hal
itu dikarenakan pelaksanaan UN berhubungan dengan hajat hidup orang banyak.
Berbagai persiapan
maksimal telah dilakukan oleh masing-masing sekolah sebagai penyelenggara. Bak
tentara disiap-siagakan untuk menghadapi perang serta kemungkinan terburuk dimedan
laga. Siswa telah digembleng dengan berbagai upaya guna menunjukan hasil yang
terbaik bagi dirinya, keluarga serta tak kalah penting terhadap almamaternya. Usaha
dilakukan dari upaya konsep, praktis maupun spiritual. Seminar-seminar, bedah
SKL, tip-tip menghadapi UN juga ramai dilakukan.
Pada
jenjang kelas akhir ini anak terbiasa dengan istilah karantina, pemadatan,
les-les tambahan dan semacamnya. Perjalanan pembelajaran selama tiga tahun
dirasa kurang untuk menghadapi ujian nasional . Padahal UN sendiri hanya memerlukan
waktu tiga sampai lima hari sesuai dengan jenjang pendidkannya. Bayangan takut
akan kegagalan begitu terasa, tidak hanya oleh siswa beserta keluarganya tetapi
guru mata pelajaran termasuk tampuk pimpinan yaitu kepala sekolah.
Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal seluruh stakeholders’ saling koordinasi
merapatkan barisan dan mendukung agar tidak ada kata kegagalan. Kegagalan ini
tidak saja berpengaruh keberlanjutan studi anak melainkan merambat ke guru,
kepala sekolah dan instransi-instansi diatasnya. Analisis sederhana adalah jika siswa gagal
maka perlu dipertanyakan kemampuan guru. Guru yang tidak mampu juga akan
dipertanyakan keprofesionalanya dari kepala sekolah. Begitu juga kepala sekolah
yang nilai prestasi kelulusan rendah akan dipertannyakan tingkat
manajerialannya dari dinas diatasnya. Begitu seterusnya runtutan itu akan
saling berkaitan.
Sesungguhnya
jika hirarki ini dilaksanakan sesui dengan konsep dengan tujuan pendidikan itu
sendiri maka tidak ada lagi peristiwa manipulasi data, kebocoran soal,
intrik-intrik busuk serta mosi tidak percaya terhadap penyelenggaraan UN. Tidak
ada lagi pertentangan pelaksanaan UN atau Ujian mandiri, tidak adalagi
demo-demo serta kecemasan yang berlebihan dari siswa jika system itu tumbuh dan
berkembang secara sehat.
Jika
kondisi itu sebaliknya maka yang terjadi adalah seperti kondisi sekarang ini.
Dunia pendidikan kita seakan tidak dapat dipercaya. Pelaksanaan ujian nasional seharusnya
tidak perlu kepengawasan silang kalau pemerintah mempercayai sistem. Mengapa harus
menggunakan kepengawasan silang kalau masing-masing guru berfungsi sebagaimana mestinya
yaitu tugas pengawasan. Apakah gurunya sendiri tidak dapat berfungsi sebagai
pengawas yang baik? Pengawas jujur dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Bukankah
tugas kepengawasan dalam evaluasi belajar sudah menjadi rangkaian kegiatan pendidikan? Lalu untuk apa harus
didatangkan pengawas independen? Apakah masyarakat juga tidak percaya dari
interen sendiri? Yang lebih menyedihkan adalah adanya polisi dalam pengaman
soal?
Yang
menjadi pertanyaan sudah begitu parahkah mosi tidak percaya masyarakat kita
terhadap dunia pendidikan kita? Sehingga dengan program yang semulia itu harus
dibayar dengan mahal. Lalu untuk apa pendidikan karakter yang
didengung-dengungkan kalau guru berlaku tidak jujur. Seharusnya tidak demikian
kalau semua itu dapat berjalan sesuai dengan tujuan dasar pendidikan. Dimulailah
dari pemerintah dimana kepercayaan itu harus diberikan seluas-luasnya kepada
dunia pendidikan tanpa disangkut pautkan dengan kepentingan-kepentingan.
Penerapan system pendidikan yang berbasis fakta dan realita serta pengawasan
mutu secara kontiyu. Dengan mengedepankan kejujuran, membangun rasa hormat maka
upaya perbaikan mutu pendidikan yang rendah akan segera nyata. Selamat menempuh
UN semoga sukses.
Sudah saatnya pendidikan di Indonesia itu sampai tahap pencerahan. Penilaian jangan hanya saat ujian tok, melainkan secara menyeluruh
BalasHapus