PEMBELAJARAN
BERBASIS TIK BERINVESTASI ATAUKAH MISI EKONOMI LUAR NEGERI?
OLEH
SIDI NARBUKO,S.PD
GURU
SMP NEGERI 1 KANGKUNG
Dunia
global menuntut adanya transformasi yang cepat. Segala kejadian dibelahan dunia
lain dapat diakses secara cepat oleh manusia lainnya di seluruh dunia. Dengan
kemampuan IPTEK semua peristiwa dapat dinikmati, dirasakan dan dibawa ke
ruangan kita. Dengan hanya menekan tombol kita bisa berinteraksi dengan memanfaatkan
media telephon. Dengan membuka internet kita bisa meng up date dan searching informasi
yang kita perlukan. Begitu pula degan media lainnya seperti televisi, radio,
Koran, HP dsb.
Tanpa
kita sadari teknologi itu sudah ada disekitar kita. Kita tidak asing lagi
dengan istilah modem, laptop, software, proyektor dsb. Piranti itu tidak hanya
milik kita tetapi juga milik anak-anak dan generasi kita selanjutnya. Mereka
sudah begitu dekat dengan istilah e-game,
browsing, sms, FB dsb. Setuju tidak
setuju hal itu mereka akan datang juga. Sebagai konsekuensinya adalah kita
selaku orang tua perlu merogoh kocek lebih dalam untuk memenuhi kebutuhan itu.
Ternyata
didalam dunia pendidikan hal itu tidaklah beda. Dalam proses pembelajaran dinas
pendidikan berusaha keras untuk mengubah image
proses pembelajaran lama menjadi model baru. Penyampain materi ajar perlu
adanya media yang didukung piranti berteknologi. Hal itu bertujuan agar proses
pembelajaran lebih inovatif dan menarik siswa. Setiap guru dituntut untuk
menguasai media inovatif tsb sebagai bentuk tutuntan jaman. Jadi jika ada guru yang
masih mengajar hanya mengandalkan ceramah saja maka akan dikatankan jadul alias ketinggalan jaman.
Dari
keadaan diatas dunia pendidikan seakan digiring untuk melek teknologi dan
memanfaatkannya. Ternyata peluang bisnis elektronikpun ikut diuntungkan mulai
dari produsen hingga pengecer. Perputaran ekonomi secara tidak langsung
berkembang. Budjet pembelian dirasa mendesak untuk segera diadakan baik dari
kantong sendiri maupun atas nama lembaga. Bagi guru yang telah menerima uang
sertifikasi disarankan untuk memilikinya walaupun belum atau tidak bisa
mengoperasikan. Ini juga berdampak pendingkatan terhadap permintaan piranti
ini. Showroom-showroom menawarkan berbagai kemudahan untuk menjual barang pintar ini mulai yang cast money
maupun bentuk kridit. Begitu pula bisnis yang berhubungan dengan internet. Akibanya sekarang media itu menjadi bukan
barang mewah lagi melainkan sebagai
kebutuhan mendesak untuk pengadaan.
Tanpa
kita sadari uang yang kita belanjakan akan mengalir ke tangan produsen. Tahukah
kita siapakah produsen itu? Ya mereka adalah Negara maju dan yang punya
keinginan maju. Negara yang memeperhatikan proses produksi dan mau mandiri,
berusaha keras untuk mencukupi sendiri kebutuhan warganyanya. Itulah yang
diperoleh ada dampak yang harus kita terima. Yaitu sebagian mengalirnya dana ke
luar negeri dari pemanfaatan teknologi
tsb. Negara produsen bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan itu dengan inovasi
dan efisiensi yang luar biasa. Sementara kita hanya bisa menjadi konsumen yang
senantiasa ketergantungan.
Negara
ini tidak punya kemampuan untuk memberdayakan dan memanfaatkan peluang. Padahal
tahukah kita bahwa negeri ini punya potensi pasar yang luar biasa. Negara
seharusnya lebih keras berusaha tidak hanya mengajak rakyat memakai teknologi
tetapi juga mendorong produsen lokal. Misalnya mencipta software ber brand
lokal, perangkat keras yang bersaing
serta cinta akan produk sendiri. Sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri
sendiri. Bukankah keuntungan itu bisa digunakan berinvestasi yang luar biasa di
masa yang akan datang?
Sudah
berapa banyak keuntungan pengelola jejaring social seperti FaceBook, padahal
kita pengguna no dua di dunia? belum lagi perangkat lainnya yang berbasis
teknologi. Sehingga ada Joke Masak
segudang beras harus ditukar untuk
membeli sebuah laktop?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar